Selasa, 12 Agustus 2008

MARI KELUYURAN DI MONAS

Emmm... mungkin dari kalian semua udah pada kenal tempat yang satu ini. MONAS alias tugu Monumen Nasional. Tempat yang cocok untuk ber-olahraga kala hari libur tiba, tamasya bareng keluarga, hingga main kembang api bersama doi tersayang...(alah!!!). Yup, bener banget! Monas sungguh indah saat malam hari bahkan cenderung romantis (kata yang lagi berduaan sih) tapi keindahan Monas tidak hanya itu saja, Monumen yang dibangun sejak Agustus 1959 juga dapat mengingatkan kita akan sejarah perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajah. Hal tersebut tampak ketika kita memasuki museum yang terletak di dalam Monas itu sendiri. Ditempat ini kita bisa melihat diorama peradaban bangsa Indonesia mulai dari zaman megalithikum sampai zaman kerajaan singosari. selain itu, ada pula replika teks proklamasi yang terbuat dari emas dan kita dapat mendengar rekaman suara presiden RI pertama, Ir. Soekarno, saat memproklamirkan kemerdekaan negara ini.
Monumen yang terbuat dari batu berjenis marmer ini, memiliki tinggi kurang lebih 137 meter, dengan dihiasi oleh nyala api pada ujungnya menandakan semangat perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah yang tak kunjung padam.  Selain itu struktur ukuran monumen tersebut juga melambangkan hari kemerdekaan republik yang katanya tercinta ini (ooopppsss...): tinggi cawan 17 meter dari lantai dasar, 8 meter dari lantai museum, dan ukuran cawan 45 x 45 meter. Dari puncak monas kita juga dapat melihat keadaan wilayah Ibu Kota. Oya, kita juga bisa melihat Gn. Salak, dan pulau-pulau kecil di sebelah utara Jakarta, dari atas sana lho. 
Okay... that's a short history about our lovely Monas. Pastinya, jika sedang tidak punya tujuan dan isi kantong tidak memungkinkan ya ke Monas aja. Karena selain dapat menambah wawasan dan mempertebal kecintaan terhadap sejarah negeri ini, monas juga di saat menjelang malam cihuy banget susananya. Tinggal cari tempat yang pas, lalu duduk di sembarang tempat (asal jangan di rumput lho) tepat berhadapan dengan batu tinggi tersebut dan BUUMM...kalian bisa menebak tentunya apa yang selanjutnya dirasakan. Permainan sinar lampu yang kerap berganti warna menambah monas tampak semakin manis saat malam hari. Di waktu-waktu tertentu kita dapat menyaksikan pertunjukan air mancur menari  yang digerakkan secara mekanis. Sedangkan disiang hari kita dapat naik sampai puncak si Monas dan melihat rusa totol yang memang sengaja ditaruh di sebelah selatan monumen tersebut. Nah, soal urusan makanan tidak sulit untuk mencarinya. Kantin dengan harga yang terjangkau dapat kita temukan dipelataran parkir, tentunya dengan berbagai menu yang cocok dengan lidah orang Indonesia deh. Bagi mereka yang lebih suka menikmati suasana sambil meminum kopi, jangan takut hampir di setiap bagian taman monas banyak para penjaja kopi keliling. Kerap juga ditemukan penjual nasi dan mie rebus instan. Nah, saat mulai bosan menikmati suasana Monas dengan berdiam diri, mulailah berjalan-jalan. Dengan luas 80 hektar banyak tempat yang bisa kita jelajahi, tentunya dengan berjalan kaki. Jika enggan melakukannya kita bisa membeli tiket untuk menaiki kendaraan wisata yang telah disiapkan khusus untuk mengelilingi Monas. 
Namun, sangat disayangkan meski banyak simbol-simbol yang mengajak orang untuk mencintai dan memelihara lingkungan, ternyata masih banyak para pengunjung monas yang membuang sampah di sembarang tempat. Tidak hanya itu, terdapatnya areal untuk bermain futsal, belum bisa mencegah pengunjung untuk tidak bermain bola diatas lahan berumput. Kondisi tempat penangkaran rusa totol pun terlihat kurang "sejuk". Bahkan larangan untuk membawa masuk kendaraan bermotor kerap dilanggar. Ya, mungkin memang begitu-lah sedikit rupa ke-disiplin-an bangsa ini, taat saat ada petugas yang mengawasi. Bila sang petugas tidak ada, ya tahu-lah apa yang terjadi...
Monumen yang sudah lima kali berganti nama ini, tampaknya semakin berhias diri agar tetap menarik perhatian seluruh warga Jakarta yang sudah keranjingan mal dan club. Taman-taman pun di bangun mengitari bangunan tersebut. Pagar pembatas makin diperkuat, pengamanan diperbanyak (ini gw liat tiap sudut banyak SAT POL-PP) guna memberikan kenyamanan bagi para pengunjung. Dengan semakin derasnya laju perkembangan zaman, Monumen Nasional tetap tegak berdiri. Entah sampai kapan si api abadi akan terus menyala memberikan pancaran semangat kepada seluruh masyarakatnya untuk terus memperbaiki kondisi negeri ini yang terpuruk akibat ulah segelintir orang.         
Mungkin cuma informasi singkat ini yang bisa diberikan tentang Monumen Nasional. Kalo kurang puas, segera kunjungi Monas. gak usah pikir lagi. Ajak semua teman tongkrongan, sahabat, atau doi ke sana dan rasakan perbedaannya. 
  • Arsitek Monas : Frederich Silaban dan Sudarsono, konsultan Ir. Rooseno
  • Sejarah monas : dari berbagai sumber
  • seorang teman memberitahukan bermain kembang api di Monas menyenangkan 
  

1 komentar:

wully mengatakan...

terakhir kali gw ke monas, november taun lalu. itu pun di pelataran. gw pengeeen banget bisa naik lagi ke puncak monas, hmm, mengulang kejayaan di masa TK, melihat kota jakarta dari atas sana.

aniwei masalah sampah, gw juga heran, kenapa ya orang2 masih bisa2nya buang sampah sembarangan? padahal mereka ribut sendiri kalo ada banjir, bau, dsb. huuuh! dasar orang indonesia.. pangkas aja 1 generasi, biar bisa tumbuh pola hidup baru lagi.. hahah! seandainya bisa.. *uuh banyakan ngayal!

-wf-

Posting Komentar

Tukeran Link

Senjakala Hati

Award Friendship Diary Osi

Thanks To Diary Osi