Kelaparan akan menjadi hal utama saat Dampak Pemanasan global semakin parah
Gletser Pun Mencair
Tenggelamnya Daratan (Kepulauan Tuvalu)
Dan...
Lapisan serta seluruh gletser yang ada di bumi pun terus mencair...
Apakah kita hanya menyaksikan semua ini terjadi???
Selengkapnya...
Jumat, 31 Juli 2009
Dampak Pemanasan Global : Senjakala Peradaban
Kamis, 30 Juli 2009
Sampah Plastik : Sebuah Ancaman Bumi
Kita dan semua orang lainnya tentu sudah tidak asing lagi dengan plastik. Dimana saja dan kapan saja, kita dapat menemukan benda berbahan dasar polimer itu. Kemasan makanan, mainan anak-anak, alat rumah tangga, peralatan kantor dan lain sebagai nya hampir ke-semua-nya dikemas atau berbahan plastik.
Alat tulis, kemasan makanan dan minuman, hingga pada saat membeli gorengan pun, plastik digunakan sebagai wadah pembungkusnya. Percaya atau tidak kehidupan kita dikelilingi oleh benda-benda yang dapat menyatu dengan berbagai jenis bahan pewarna ini. Lihat saja di sekitar dan juga diri kita, mana kah yang lebih banyak benda plastik atau benda-benda non-plastik?
Menggunakan plastik dalam kehidupan sehari-hari adalah hal yang sangat praktis karena selain tidak mudah pecah, tahan lama dan ringan, harga plastik juga relatif murah. Sudah sepantasnya-lah di minati orang banyak termasuk juga industri.
Berbagai kemudahan di berikan oleh plastik kepada setiap orang di zaman modern ini. Kantung plastik misalnya, ia dapat di lipat lalu dapat di masukkan ke dalam saku celana atau tas. Kita tidak perlu lagi membawa keranjang jika ingin pergi berbelanja. Bahkan kantung-kantung plastik itu dibagi kan secara gratis ketika kita membeli sesuatu di toko atau pun supermarket.
Salah satu tanda dari kemajuan zaman sejak ditemukan plastik dalam kehidupan kita tentunya. Namun, pernah kah kita mengetahui seberapa banyak plastik – semua jenis – yang di gunakan dalam kehidupan pribadi sehari-hari. Terpikir kah oleh kita bahwa semua itu akan membawa dampak negatif yang cukup besar bagi keberlangsungan bumi di masa depan? Mungkin kah terbesit bahwa kita memiliki tanggung jawab setiap kali menggunakan satu plastik? Adakah pertanyaan itu muncul?
Sebagian dari kita mungkin telah berfikir untuk mempertanyakan hal yang di sebutkan pada paragraf di atas. Namun sebagian dari kita (dalam jumlah yang besar) terlalu sibuk dengan berbagai aktifitas dan urusan perut nya masing-masing, hingga terkadang enggan atau bahkan malas untuk berfikiran seperti itu.
Selama ini kita mungkin terbuai dengan suguhan tayangan-tayangan serta reklame yang kerap kali menyajikan berbagai hal kemudahan dan status nilai yang didapat. Tanpa di sadari secara tidak langsung kita mengikuti himbauan-himbauan tersebut dan mulai membeli, membeli dan membeli, pada akhirnya kita melupakan hal-hal penting yang ada di sekitar kita: semua barang yang di beli akan berakhir menjadi tumpukan benda-benda usang – sampah.
Sampah Plastik dan lingkungan
Setiap penemuan pasti akan memberikan hal positif dan negatif. Kemudahan tentunya memiliki kelebihan serta kekurangan. Begitulah, kira-kira yang terjadi terhadap plastik.
Saat ini dunia mulai mengkhawatirkan akan keberadaan benda tersebut, ke-khawatiran itu muncul akibat dari dampaknya yang di prediksikan dapat menggangu bumi beserta isinya.
Lihat saja apa yang terjadi dengan isi tempat-tempat sampah di sekolah, kampus, kantor bahkan sekitar rumah kita atau bahkan di tempat kalian membaca ini. Hampir sebagian isi tempat sampah itu adalah plastik di bandingkan dengan sampah lainnya. Belum lagi nasib bantaran sungai-sungai yang melintasi daerah tempat tinggal kita jumlah sampah plastik cukup mengkhawatirkan.
Keberadaan sampah plastik yang digunakan oleh kita tiap harinya saat ini sangat lah besar. Diperkirakan sebanyak 500 juta sampai 1 miliar kantong plastik di gunakan di dunia. Sampah-sampah itu jika di bentangkan maka dapat membungkus permukaan bumi. Serta diperkirakan sebanyak 170 kantong plastik dihabiskan oleh setiap orang per tahun.
Sungguh luar biasa dan tidak dapat di percaya akibat dari penggunaan plastik oleh manusia dan industri. Bagaimana tidak, peredaran plastik sudah tidak bisa di bendung. Semua orang bebas menggunakannya dengan semau nya (sekali atau dua kali pakai lalu tidak berguna). Hal itu juga di dorong oleh semakin banyak nya industri khususnya supermarket yang menggunakan plastik sebagai wadah barang belanja-an konsumen nya atau menjadi kemasan produk untuk beberapa industri lainnya.
Lebih dari 17 milyar kantong plastik dibagikan secara gratis oleh supermarket di seluruh dunia setiap tahunnya. Bayangkan dengan jumlah yang di luar batas itu akan berakhir menjadi benda yang tidak berguna dan berbahaya.
Badan Lingkungan PBB memperkirakan bahwa di tahun 2015 dasar perairan Samudera Pasifik akan tertutup sampah plastik yang luasnya dua kali daratan Amerika.Hal ini tentu saja akan berdampak negatif pada rantai makanan. Organisasi Internasional itu juga memperkirakan bahwa jutaan burung laut dan 100 ribu binatang laut mati setiap tahunnya dan ditemukan sejumlah partikel plastik di dalam perutnya, dan ini menjadi ancaman bagi kura-kura leatherback.
Di Indonesia sendiri sebanyak 300 juta kantong plastik di buang tiap tahunnya dan ini akan menyebabkan permasalah baru bagi Indonesia yang sudah memiliki banyak permasalahan di bidang lingkungan.
Perlu diketahui selain membutuhkan waktu 1000 tahun untuk ter-dekomposisi (terurai) secara sempurna oleh tanah, plastik juga tersusun dari polimer. Dalam proses pembuatannya pun, ikut dimasukkan sejenis bahan pelembut (plasticizers) supaya plastik bertekstur licin, lentur dan gampang dibentuk. Tapi kalau plastik dipakai buat bungkus makanan, plasticizers bisa mengkontaminasi makanan. Apalagi kalau makanan yang dibungkus masih panas, contohnya saja pada jenis kantong plastik kresek yang sering di gunakan oleh kita sehari-harinya. Hal in berdampak buruk terhadap kesehatan manusia.
Selain zat tersebut terdapat juga bahan kimia yang berbahaya, yakni Bisphenol A alias BPA. Bahan kimia ini bisa merangsang pertumbuhan sel kanker serta memperbesar risiko keguguran pada ibu hamil. Zat adiktif seperti plasticizers, stabilizer, dan antioksidan dalam waktu kontak yang cukup lama dengan makanan dapat masuk secara bebas ke makanan dan akan menjadi ancaman kanker bagi manusia.
Selain membahayakan bagi mahkluk hidup dan bumi, plastik merupakan produk yang sangat boros. Industri plastik menghabiskan 12 juta barel minyak dan 14 juta pohon setiap tahunnya. Ketika sudah terpakai keseluruhan plastik itu akan menjadi sampah yang menumpuk.
Namun dari kesemuanya itu dampak yang ditimbulkan oleh limbah plastik adalah pemanasan global. Sampah plastik jika di biarkan menumpuk akan mengeluarkan gas metana, sekali pun di bakar asap pembakaran tersebut menghasilkan carbon yang lagi-lagi semakin bertambahnya jumlah emisi gas rumah kaca yang ada di atmosfer bumi.
Senakin banyak plastik yang terbuang percuma, bumi semakin panas. Mulai lah dari sekarang atau akan menjadi saksi kehancuran kehidupan di bumi ini. Bijak lah dalam menggunakan plastik.
Sumber : Klik hyperlink
Selengkapnya...
Rabu, 22 Juli 2009
Pemanasan Global : Ancam masa depan manusia
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia... ” ( Q.S Ar Ruum)
Bumi merupakan tempat tinggal yang sempurna bagi manusia dan seluruh mahluk hidup lainnya, Di tempat inilah semua organisme tumbuh dan berkembang biak dari masa ke masa. Suatu ekosistem sempurna yang telah semesta berikan kepada manusia. Keaneka ragaman hayati yang saling bertalian satu sama lain terhampar luas hiasi tiap jengkal permukaan bumi.
Kekayaan akan sumber daya alam sungguh melimpah. Lautan dipenuhi oleh ikan yang tidak akan pernah habis walau ditangkap setiap harinya. Hutan yang terhampar luas berwarna hijau nan permai layaknya permadani raksasa, penuh dengan berbagai manfaat serta berfungsi sebagai paru-paru dunia.
Segala-nya tersedia di tempat kita berdiri sekarang ini, dan manusia hanya tinggal memanfaatkannya dengan penuh tanggung jawab. Sungguh sebuah hasil karya seni yang tidak ternilai harganya. Inilah surga dunia yang patut dijaga serta dilestarikan oleh semua manusia agar terus dapat dimanfaatkan demi kelangsungan hidup umat manusia.
Pemanasan Global
Tidak dapat dibayangkan jika semua yang ada di bumi hancur. Sejuta keindahan dan kekayaan bernilai tinggi tidak dapat kita nikmati lagi. Hijaunya hutan, segar nya udara serta birunya laut dan langit tidak seindah sekarang.
Dapat kah manusia mempertahankan keberlangsungan hidup nya tanpa itu semua? Walau pun saat ini bumi sudah memiliki potensi kehancuran akibat usia bumi yang semakin tua, perang dan bencana alam, namun tanpa pernah kita sadari ancaman bencana terdahsyat sedang mengintai manusia. ia menyeringai bak hewan predator yang akan menerkam mangsa nya setiap saat. Bencana yang mungkin kita sendiri tidak sekalipun berani untuk membayangkannya.
Adalah pemanasan global (global warming) yang sekarang kerap diperbincangkan oleh berbagai kalangan. Bahkan hal ini telah membuat organisasi internasional Perserikatan Bangsa Bangsa membuat konferensi yang khusus membicarakan mengenai hal itu. Lalu sebenarnya apa itu pemanasan global? kenapa sih kian hari semakin banyak orang yang berbicara bumi dan masa depan? dan ada apa dengan pemanasan global, mahluk dari manakah itu?
Pemanasan global merupakan suatu fenomena terjebaknya panas matahari di atmosfer yang dipantulkan kembali oleh bumi ke luar angkasa – yang sebelumnya diserap terlebih dahulu oleh bumi – oleh gas-gas hasil pembakaran (gas rumah kaca) yang berasal dari aktifitas alamiah maupun yang dilakukan oleh manusia (industri, kendaraan bermotor, pembakaran sampah, penebangan hutan). Gas yang dimaksudkan ialah karbondioksida (CO2), klorofloukarbon (CFC), Metana (Mhetane) dan lainnya. Gas-gas inilah yang terlepas secara bebas ke udara dan berkumpul di atmosfer bumi kemudian mengikat panas matahari, hingga membuat suhu rata-rata di permukaan bumi semakin meningkat tiap tahunnya.
Perlu diketahui bahwa bumi kita ini memang memerlukan pemanasan global yang berguna menjaga kehangatan bumi, hingga semua mahkluk hidup dapat tinggal dan tumbuh disini, namun jika hal itu berlebihan maka akan menjadi ancaman besar bagi keberlangsungan hidup semua penghuni yang ada di bumi.
Mendekati Kehancuran
Pemanasan global tidak saja membuat tempat yang kita huni sekarang ini menjadi lebih panas, bencana itu juga menimbulkan efek domino yang luar biasa. Terjadinya perubahan iklim adalah dampak dari pemanasan global hingga menyebabkan perubahan terhadap musim, curah hujan, penggurunan (desertification), mencairnya lapisan es yang menyebabkan kenaikan muka air laut, peningkatan penyakit tropis (malaria, kolera), kehancuran keragaman hayati, dan terjadinya krisis pangan.
Berdasarkan laporan yang dikeluarkan oleh panel antar pemerintah untuk perubahan iklim (IPCC) tahun 2007 menyebut kan, bahwa sepanjang kurun waktu 100 tahun (1906-2005) suhu rata-rata permukaan bumi meningkat sebesar 0.740 C. Kenaikan temperatur tersebut lebih besar dari pengamatan suhu pada kurun waktu tahun 1901-2000 yang hanya sebesar 0,60 C (IPCC Fourth Assesment Report, Climate Change 2007 : Synthesis Report).
Kenaikan suhu rata-rata permukaan bumi itu pun sekaligus membuat lapisan es di laut arctic mencair. Melalui pengamatan yang dilakukan oleh IPCC lewat satelit sejak tahun 1978, menunjukkan bahwa telah terjadi nya pengurangan lapisan es di laut arctic sebesar 2.7% per dekade dan menjadi lebih besar 7,4% per dekade ketika musim panas tiba. Dengan mencairnya lapisan es menyebabkan kenaikan muka air laut sebesar 1,8 mm per-tahunnya sejak tahun 1961 dan semakin meningkat menjadi 3,1 mm per-tahunnya sejak tahun 1993.
Berdasar kan hasil laporan IPCC tersebut, dapat dilihat bahwa dengan semakin meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi menyebabkan terganggunya sistem alam secara global baik di daratan maupun di lautan. Hal ini bukan isapan jempol belaka atau bahkan sebuah gurau-an yang sangat memaksa. Lihat saja bagaimana kepulauan Vanuatu, di daerah pasifik dimana sebagian pulau yang di huni oleh masyarakat mengalami bencana banjir akibat pasangnya air laut, hal serupa juga di alami oleh Negara kepulauan Kiribati yang telah kehilangan beberapa pulau-pulau kecilnya.
Lalu bagaimana dengan Indonesia, apakah akan mengalami nasib yang sama seperti dua Negara kepulauan itu? berdasarkan hasil penelitian yang di publikasikan oleh jurnal Environment and Urbanization, London, menyebutkan bahwa dua per tiga kota-kota besar di dunia akan terancam dampak pemanasan global, akibat kenaikan muka air laut, Jakarta salah satu nya karena 70 % wilayah-nya berada di kawasan pantai berelevasi rendah (Tempo Interaktif, 28 Maret 2007). Indonesia juga mengalami kenaikan suhu yang cukup signifikan sebesar 0,3 derajat celcius sejak tahun 1990 dan naik lagi ke angka tertinggi tahun 1998 yaitu di atas 1 derajat Celcius di atas suhu rata-rata tahun 1961-1990. bahkan di perkirakan Indonesia akan kehilangan 2000 pulau nya dan kenaikan muka air laut tidak hanya mengancam daerah pesisir namun juga kawasan perkotaan.
Penduduk di beberapa desa Kepulauan Raja Ampat, Papua juga sudah merasakan berubahnya garis pantai yang semakin masuk ke darat setidak nya 10 meter dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, serta semakin luasnya intrusi air laut ke air tanah(Nurani Soyomukti: Memahami Filsafat Cinta, Jakarta 2008). Hal ini memaksa penduduk setempat untuk mencari lokasi tempat tinggal baru. Tidak hanya itu, pemanasan global juga menjadi ancaman terhadap hewan dan tumbuhan.
Epilog
Usia bumi yang semakin tua serta telah mengalami berbagai kerusakan di setiap sisi nya akan mempercepat laju proses kehancuran planet yang sekarang menjadi tempat tinggal kita. Ini sekaligus menjadi ancaman terhadap keberlangsungan hidup ras manusia, khusus nya generasi muda yang merupakan penerus dari suatu bangsa di dunia. Parah nya, perusakan itu dilakukan oleh mereka yang memandang bahwa alam sebagai suatu sarana yang dapat di ekploitasi. Sebagai objek penguasaan (Franz Magnis Suseno: Berfilsafat Dari Konteks, Jakarta 1999).Dengan kata lain bahwa alam di pandang hanya sekedar alat pemenuhan kebutuhan hidup manusia: atas nama kemaslahatan manusia.
Pandangan seperti itu juga sangat dipengaruhi oleh sistem ekonomi kapitalisme yang mendasarkan pada laba semata. Semakin besar nya laba, maka suatu perusahaan akan tetap ada dan bertahan di tengah persaingan bebas. Kesadaran akan tanggung jawab terhadap alam bagi mereka penganut sistem tersebut di kesampingkan. Lihat saja apa yang telah dilakukan oleh para pemilik modal itu ketika mereka telah menghisap secara besar-besaran terhadap sumber daya alam hingga menyebabkan kerusakan lingkungan yang sangat parah: tidak ada. Alih-alih sudah melakukan penanaman sejuta pohon di bekas kawasan hutan yang telah di babat habis misalnya, apakah itu merupakan bentuk tanggung jawab Corporate Social Responsibility (CSR). Sementara pembukaan hutan sebagai lahan-lahan baru penghasil keuntungan terus terjadi secara luas, atau dengan melakukan cek kesehatan terhadap masyarakat yang berada di sekitar perusahaan tambang, kimia dan lainnya sudah dapat dikatakan bertanggung jawab terhadap alam dan manusia., meskipun hasil pembuangan limbahnya tetap berjalan mencemari air serta udara yang selama ini sangat di butuhkan oleh warga sekitar. Inikah sebuah bentuk tanggung jawab?
Bumi, memang suatu saat nanti akan hancur (setidak nya itu yang dijelaskan semua agama yang ada di dunia) namun setidak nya kita, manusia., meski sebagai pusat tidak sepantasnya memandang alam hanya sebagai sarana yang berguna bagi manusia, namun alam dilihat sebagai sesuatu hal yang memiliki nilai nya sendiri (Franz Magnis. S, Jakarta 1999).
Manusia mempunyai tanggung jawab terhadap semua yang ada di sekitar nya, dan dengan melakukan sesuatu hal kecil untuk menyelamat kan alam, kita sudah memberikan kesempatan bagi kaum muda, serta mahluk hidup lainnya dan diri sendiri untuk tetap ada dan hidup di muka bumi. Jadi bergerak sekarang atau hanya menjadi saksi hancur nya sebuah peradaban.
Selengkapnya...
Selasa, 07 Juli 2009
Sekeping yang lain : sebuah keliaran
"Aku berkaca melihat refleksi aku diantara dua cermin di depan dan belakang ku"
Sekarang keheningan-lah yang berbicara kala kita berjumpa hari ini, di ruang ini. Kita terdiam tak ingin mengeluarkan sepatah kata, meski itu hanya sebuah kalimat menyapa. Kedua bola mata kita hanya saling menatap, menusuk satu sama lain. Menyelidik, heran, curiga, benci, berloncatan dari sorot mata kami berdua.
Cukup lama kita saling memandang dan kita tidak sama sekali bersentuhan bahkan berbincang sekali pun sepertinya enggan. Entah, apa yang telah terjadi dengan kita, mengapa selalu saja seperti ini. Aku menemui, menatap mu. lalu diam. Tak bergeming. Mungkin aku melakukan kesalahan besar terhadap mu atau mungkin sebaliknya, entah. Kita pernah bersama, dibawah redupnya temaram senja di sana, tapi kemudian aku menjauh, mencoba memberikan sedikit ruang untuk kepala menerjemahkan ini semua. Dan kau pun pergi bersama bayang yang sedikit pun tak berwajah. Pun begitu, aku mengejar redup cahaya lain, di ujung lorong malam. Masing-masing dari kita meributkan itu. Mungkin.
Namun kali ini aku tidak ingin membicarakan salah dan benar dengan mu, aku ingin berbicara mengenai ruang. Ruang yang benar-benar ruang. Ruang dimana kita pernah mencoba mewujudkan sedikit mimpi-mimpi kita, ruang tempat biasa Aku dan Kamu berkelakar. Ruang tempat canda tawa serta gelak yang mendatangkan pelangi kala awan hitam menggelayut di langit sana. Ruang yang berdebu dan hanya sesekali di bersihkan, ruang yang penuh dengan mahkluk-mahkluk bersih serta jorok. Ruang tempat bersemayam nya puntung rokok serta berbagai benda usang, ruang tempat kita dapat menyimpan rahasia. Ruang dimana terdapatnya rahasia pribadi tidak menjadi rahasia umum. Lalu mungkin kau akan bertanya. Mengapa harus ruang? Memang nya kau dan aku tidak bisa berbincang hal lain di sini, dalam ruang ini? Benar sayang, kita bisa saja berbincang bahkan terbahak sesuka hati. Namun, aku merasakan ada yang berbeda saat ini. Tidak kah kau merasakan nya juga? Pernahkah kau bertanya apakah ruang tempat kita berada sekarang ini benar-benar nyata? Apakah perasaan yang kita rasakan benar, di dalam ruang ini?
Mungkin ruang itu masih ada, di mana ruang privat terlindungi dan ruang publik masih terdapat jarak. Tapi, ruang yang ku maksud itu sedikit demi sedikit mulai terkikis tergantikan dengan ruang-ruang superfisial yang lahir dari rahim kemajuan zaman. Berbagai simbol hadir di setiap sendi-sendi kehidupan dan di topang dengan penggunaan teknologi tinggi yang mengalir deras tanpa halangan. Menggeser ruang lingkup pikir banyak orang. Aku melihat, maka aku ada. Itu lah yang terjadi sekarang ini. Simbol/tanda itu memaksa kita untuk menjadi sesuatu yang jauh dari sesungguhnya. Memaksa kita untuk selalu menampilkan beragam gemerlap di seluruh bagian tubuh ini. Memaksa selalu menjadi necis dan berpenampilan maksimal di setiap tempat. Melahir kan diri sebagai pusat tontonan layaknya sebuah televisi. Pudarnya ide dan kreativitas. Lunturnya ke-otentikan manusia. Semakin banyak simbol/tanda semakin membuat aku dan kamu menjadi bingung, atas apa yang kita inginkan. Saat ini aku memang rindu dengan mu, lalu kemudian aku berfikir ulang kembali, apakah ini benar-benar rindu yang lahir dari sifat alamiah ku sebagai manusia, atau hanya hasil dari tayangan serta simbol/tanda yang selama ini hadir dan terlihat jelas? Maaf jika aku ragu, namun semua telah dipadati oleh berbagai simbol/tanda yang mengarahkan kita pada sesuatu yang entah dimana ujungnya. Kita pun terhanyut, terlena, terbiasa, mencandu.
Aku merindukan mu, benar merindukan mu. Sedikit berharap dapat bertemu kembali dengan perbincangan menarik di ruang yang sebenar-benar nya ruang. Ruang yang memiliki batas riil dan tidak riil. Ruang dimana aku bisa merasakan keajaiban saat melihat senyum manis, tawa renyah serta kesedihan mu. Ruang yang tidak membuat ku menjadi linglung atas apa yang sebenar-nya ku inginkan. Maaf, aku berlaku tidak sopan datang tanpa permisi, masuk begitu saja karena memang ruang ini menghilangkan tata kerama dan semua tingkah laku santun. Pun, seperti biasa aku hanya melihat laman jejaring sosial mu malam ini, dan tidak meninggalkan jejak rangkaian kalimat-kalimat di wall-mu untuk sekedar menyapa. Karena aku bingung apakah kamu benar ada atau tidak begitu pun sebaliknya.
Selengkapnya...