Rabu, 22 Juli 2009

Pemanasan Global : Ancam masa depan manusia

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia... ” ( Q.S Ar Ruum)

Bumi merupakan tempat tinggal yang sempurna bagi manusia dan seluruh mahluk hidup lainnya, Di tempat inilah semua organisme tumbuh dan berkembang biak dari masa ke masa. Suatu ekosistem sempurna yang telah semesta berikan kepada manusia. Keaneka ragaman hayati yang saling bertalian satu sama lain terhampar luas hiasi tiap jengkal permukaan bumi.

Kekayaan akan sumber daya alam sungguh melimpah. Lautan dipenuhi oleh ikan yang tidak akan pernah habis walau ditangkap setiap harinya. Hutan yang terhampar luas berwarna hijau nan permai layaknya permadani raksasa, penuh dengan berbagai manfaat serta berfungsi sebagai paru-paru dunia.

Segala-nya tersedia di tempat kita berdiri sekarang ini, dan manusia hanya tinggal memanfaatkannya dengan penuh tanggung jawab. Sungguh sebuah hasil karya seni yang tidak ternilai harganya. Inilah surga dunia yang patut dijaga serta dilestarikan oleh semua manusia agar terus dapat dimanfaatkan demi kelangsungan hidup umat manusia.

Pemanasan Global

Tidak dapat dibayangkan jika semua yang ada di bumi hancur. Sejuta keindahan dan kekayaan bernilai tinggi tidak dapat kita nikmati lagi. Hijaunya hutan, segar nya udara serta birunya laut dan langit tidak seindah sekarang.

Dapat kah manusia mempertahankan keberlangsungan hidup nya tanpa itu semua? Walau pun saat ini bumi sudah memiliki potensi kehancuran akibat usia bumi yang semakin tua, perang dan bencana alam, namun tanpa pernah kita sadari ancaman bencana terdahsyat sedang mengintai manusia. ia menyeringai bak hewan predator yang akan menerkam mangsa nya setiap saat. Bencana yang mungkin kita sendiri tidak sekalipun berani untuk membayangkannya.

Adalah pemanasan global (global warming) yang sekarang kerap diperbincangkan oleh berbagai kalangan. Bahkan hal ini telah membuat organisasi internasional Perserikatan Bangsa Bangsa membuat konferensi yang khusus membicarakan mengenai hal itu. Lalu sebenarnya apa itu pemanasan global? kenapa sih kian hari semakin banyak orang yang berbicara bumi dan masa depan? dan ada apa dengan pemanasan global, mahluk dari manakah itu?

Pemanasan global merupakan suatu fenomena terjebaknya panas matahari di atmosfer yang dipantulkan kembali oleh bumi ke luar angkasa – yang sebelumnya diserap terlebih dahulu oleh bumi – oleh gas-gas hasil pembakaran (gas rumah kaca) yang berasal dari aktifitas alamiah maupun yang dilakukan oleh manusia (industri, kendaraan bermotor, pembakaran sampah, penebangan hutan). Gas yang dimaksudkan ialah karbondioksida (CO2), klorofloukarbon (CFC), Metana (Mhetane) dan lainnya. Gas-gas inilah yang terlepas secara bebas ke udara dan berkumpul di atmosfer bumi kemudian mengikat panas matahari, hingga membuat suhu rata-rata di permukaan bumi semakin meningkat tiap tahunnya.

Perlu diketahui bahwa bumi kita ini memang memerlukan pemanasan global yang berguna menjaga kehangatan bumi, hingga semua mahkluk hidup dapat tinggal dan tumbuh disini, namun jika hal itu berlebihan maka akan menjadi ancaman besar bagi keberlangsungan hidup semua penghuni yang ada di bumi.

Mendekati Kehancuran

Pemanasan global tidak saja membuat tempat yang kita huni sekarang ini menjadi lebih panas, bencana itu juga menimbulkan efek domino yang luar biasa. Terjadinya perubahan iklim adalah dampak dari pemanasan global hingga menyebabkan perubahan terhadap musim, curah hujan, penggurunan (desertification), mencairnya lapisan es yang menyebabkan kenaikan muka air laut, peningkatan penyakit tropis (malaria, kolera), kehancuran keragaman hayati, dan terjadinya krisis pangan.

Berdasarkan laporan yang dikeluarkan oleh panel antar pemerintah untuk perubahan iklim (IPCC) tahun 2007 menyebut kan, bahwa sepanjang kurun waktu 100 tahun (1906-2005) suhu rata-rata permukaan bumi meningkat sebesar 0.740 C. Kenaikan temperatur tersebut lebih besar dari pengamatan suhu pada kurun waktu tahun 1901-2000 yang hanya sebesar 0,60 C (IPCC Fourth Assesment Report, Climate Change 2007 : Synthesis Report).

Kenaikan suhu rata-rata permukaan bumi itu pun sekaligus membuat lapisan es di laut arctic mencair. Melalui pengamatan yang dilakukan oleh IPCC lewat satelit sejak tahun 1978, menunjukkan bahwa telah terjadi nya pengurangan lapisan es di laut arctic sebesar 2.7% per dekade dan menjadi lebih besar 7,4% per dekade ketika musim panas tiba. Dengan mencairnya lapisan es menyebabkan kenaikan muka air laut sebesar 1,8 mm per-tahunnya sejak tahun 1961 dan semakin meningkat menjadi 3,1 mm per-tahunnya sejak tahun 1993.

Berdasar kan hasil laporan IPCC tersebut, dapat dilihat bahwa dengan semakin meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi menyebabkan terganggunya sistem alam secara global baik di daratan maupun di lautan. Hal ini bukan isapan jempol belaka atau bahkan sebuah gurau-an yang sangat memaksa. Lihat saja bagaimana kepulauan Vanuatu, di daerah pasifik dimana sebagian pulau yang di huni oleh masyarakat mengalami bencana banjir akibat pasangnya air laut, hal serupa juga di alami oleh Negara kepulauan Kiribati yang telah kehilangan beberapa pulau-pulau kecilnya.

Lalu bagaimana dengan Indonesia, apakah akan mengalami nasib yang sama seperti dua Negara kepulauan itu? berdasarkan hasil penelitian yang di publikasikan oleh jurnal Environment and Urbanization, London, menyebutkan bahwa dua per tiga kota-kota besar di dunia akan terancam dampak pemanasan global, akibat kenaikan muka air laut, Jakarta salah satu nya karena 70 % wilayah-nya berada di kawasan pantai berelevasi rendah (Tempo Interaktif, 28 Maret 2007). Indonesia juga mengalami kenaikan suhu yang cukup signifikan sebesar 0,3 derajat celcius sejak tahun 1990 dan naik lagi ke angka tertinggi tahun 1998 yaitu di atas 1 derajat Celcius di atas suhu rata-rata tahun 1961-1990. bahkan di perkirakan Indonesia akan kehilangan 2000 pulau nya dan kenaikan muka air laut tidak hanya mengancam daerah pesisir namun juga kawasan perkotaan.

Penduduk di beberapa desa Kepulauan Raja Ampat, Papua juga sudah merasakan berubahnya garis pantai yang semakin masuk ke darat setidak nya 10 meter dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, serta semakin luasnya intrusi air laut ke air tanah(Nurani Soyomukti: Memahami Filsafat Cinta, Jakarta 2008). Hal ini memaksa penduduk setempat untuk mencari lokasi tempat tinggal baru. Tidak hanya itu, pemanasan global juga menjadi ancaman terhadap hewan dan tumbuhan.

Epilog

Usia bumi yang semakin tua serta telah mengalami berbagai kerusakan di setiap sisi nya akan mempercepat laju proses kehancuran planet yang sekarang menjadi tempat tinggal kita. Ini sekaligus menjadi ancaman terhadap keberlangsungan hidup ras manusia, khusus nya generasi muda yang merupakan penerus dari suatu bangsa di dunia. Parah nya, perusakan itu dilakukan oleh mereka yang memandang bahwa alam sebagai suatu sarana yang dapat di ekploitasi. Sebagai objek penguasaan (Franz Magnis Suseno: Berfilsafat Dari Konteks, Jakarta 1999).Dengan kata lain bahwa alam di pandang hanya sekedar alat pemenuhan kebutuhan hidup manusia: atas nama kemaslahatan manusia.

Pandangan seperti itu juga sangat dipengaruhi oleh sistem ekonomi kapitalisme yang mendasarkan pada laba semata. Semakin besar nya laba, maka suatu perusahaan akan tetap ada dan bertahan di tengah persaingan bebas. Kesadaran akan tanggung jawab terhadap alam bagi mereka penganut sistem tersebut di kesampingkan. Lihat saja apa yang telah dilakukan oleh para pemilik modal itu ketika mereka telah menghisap secara besar-besaran terhadap sumber daya alam hingga menyebabkan kerusakan lingkungan yang sangat parah: tidak ada. Alih-alih sudah melakukan penanaman sejuta pohon di bekas kawasan hutan yang telah di babat habis misalnya, apakah itu merupakan bentuk tanggung jawab Corporate Social Responsibility (CSR). Sementara pembukaan hutan sebagai lahan-lahan baru penghasil keuntungan terus terjadi secara luas, atau dengan melakukan cek kesehatan terhadap masyarakat yang berada di sekitar perusahaan tambang, kimia dan lainnya sudah dapat dikatakan bertanggung jawab terhadap alam dan manusia., meskipun hasil pembuangan limbahnya tetap berjalan mencemari air serta udara yang selama ini sangat di butuhkan oleh warga sekitar. Inikah sebuah bentuk tanggung jawab?

Bumi, memang suatu saat nanti akan hancur (setidak nya itu yang dijelaskan semua agama yang ada di dunia) namun setidak nya kita, manusia., meski sebagai pusat tidak sepantasnya memandang alam hanya sebagai sarana yang berguna bagi manusia, namun alam dilihat sebagai sesuatu hal yang memiliki nilai nya sendiri (Franz Magnis. S, Jakarta 1999).

Manusia mempunyai tanggung jawab terhadap semua yang ada di sekitar nya, dan dengan melakukan sesuatu hal kecil untuk menyelamat kan alam, kita sudah memberikan kesempatan bagi kaum muda, serta mahluk hidup lainnya dan diri sendiri untuk tetap ada dan hidup di muka bumi. Jadi bergerak sekarang atau hanya menjadi saksi hancur nya sebuah peradaban.

8 komentar:

Si Jingga mengatakan...

AYO selamatkan iklim sekarang!

Si Jingga mengatakan...

AYO slamatkan iklim sekarang!

Muhammad. S mengatakan...

Ayo!!!

Abi mengatakan...

Selamatkan bumi kita! Salam knal mas n linknya dah saya add dan terima kasih ya sudah berkunjung ke blog saya :D

SaniPutra mengatakan...

bersatulah kaum muda Indonesia.......,
tuk memerangi global warming....
hehehehehe

SaniPutra mengatakan...

generasi-generasi muda sekarang harus peka terhadap gejala-gejala alam sekarang ini, itu tidak hanya takdir bahwa alam seperti itu malah alam marah karena perbuatan kita sendiri, tuk itu kita harus bersatu dalam meminimalisir perubaha iklim ini.

Muhammad. S mengatakan...

Salam kenal juga buat mas abi...hehehe...

Muhammad. S mengatakan...

@ sani putra : bukan hanya harus peka mas, tapi juga harus bertindak. Gak usah yang ribet2 untuk bertindak cukup lakukan hal yang paling sederhana aj. mengganti bohlam yang hemat energi misal nya di rumah.

Posting Komentar

Tukeran Link

Senjakala Hati

Award Friendship Diary Osi

Thanks To Diary Osi