Rabu, 28 April 2010

Hari Bumi di 'Taman Impian'

Ancol, 25 April 2010. Waktu mendekati pukul 4:30 Wib pagi hari. Di angkasa raya bulan masih menggantung dengan malas. Perlahan taman impian jaya ancol (tija), mulai menunjukkan geliatnya. Satu dua orang dengan pakaian olahraga berlari-lari susuri aspal yang entah akan menuju ke arah mana.

Saya bersama teman-teman, tengah berjalan menuju salah satu halte shuttle bus yang disediakan khusus bagi para pengunjung tempat rekreasi tersebut. Adapun tujuan dan maksud kami menuju salah satu halte bis tersebut bukan untuk menaiki bis dan berkeliling menikmati kawasan rekreasi yang dibangun pada tahun 1966 itu, melainkan menyiapkan atau lebih tepatnya sedikit menghias tempat tersebut untuk dijadikan sebuah pos yang kemudian diberi nama ‘pos gaya hidup hijau'.

Merubah halte sebagi pos? ya, sebuah pos yang berisi informasi mengenai pemilahan sampah dan nantinya akan dikunjungi oleh orang-orang bersepeda yang tergabung dalam satu kelompok dengan nama kelompok tertentu.

Tidak hanya pos yang kami buat saja yang akan dikunjungi oleh mereka, tetapi tiga pos lainnya dengan isi materi dan nama berbeda sudah disiapkan untuk menyambut para peserta sepeda santai itu. Kegiatan ini dilakukan dalam rangka memperingati hari bumi yang jatuh pada tanggal 22 April lalu.

***

Sudah sejak kemarin sore saya beserta puluhan orang lainnya yang terdiri dari orang tua dan kaum muda tiba di lokasi wisata tepi pantai kota Jakarta ini. Kehadiran kami untuk mempersiapkan kegiatan peringatan hari bumi, hari dimana yang menurut beberapa orang berfungsi untuk mengingatkan manusia akan kondisi bumi yang kian hari semakin ringkih akibat kerusakan yang dibuat oleh manusia sendiri.

Berbicara mengenai hari bumi, perlu sedikit disinggung dahulu mengenai bagaimana awal dan tujuan diadakannya hari bumi itu sendiri. Secara singkat hari bumi pertama kali dicetuskan oleh salah satu anggota senat Amerika Serikat (AS) pada tahun 60-an, Senator Gaylord Nelson yang berniat untuk menjadikan persoalan lingkungan hidup sebagai salah satu agenda politik nasional di AS.

Perjuangan panjang kiranya yang dilakukan oleh Nelson untuk menjadikan permasalahan lingkungan masuk pada tingkatan agenda politik nasional di negera asal Mc. Donald tersebut. Bagaimana tidak, diera itu isu lingkungan hidup tidak popular dikalahkan oleh persoalan dalam dan luar negeri AS : politik, ideology, ekonomi, perang dll

Pada tahun 1962-lah, merupakan titik awal dimulainya sebuah ide membuat hari bumi yang merupakan sebuah miles stone untuk menjadikan persoalan lingkungan sebagai salah satu agenda politik nasional AS. Ketika itu Nelson, mencetuskan ide untuk membuat tur nasional ke wilayah-wilayah konservasi yang ada di AS dengan mengikut sertakan Jhon F. Kennedy (JFK), presiden AS saat itu ke dalam rencananya. Ide senator Negara adi daya itu baru terwujud pada September 1963 dengan mengunjungi sebelas wilayah konservasi selama lima hari dimana JFK turut serta dalam perjalanan itu.

Usaha yang dilakukan Nelson, saat selesai melakukan tur nasionalnya belum berhasil membawa persoalan lingkungan ke dalam gedung putih. Usahanya itu pun berlanjut dengan melakukan kunjungan ke 25 negara bagian AS untuk melakukan diskusi dengan berbagai kalangan masyarakat mengenai kondisi kerusakan lingkungan yang telah terjadi. Gayung pun bersambut, usaha tersebut sedikit membawa dampak positif : masyarakat menjadi peduli meski para politisi tidak.

Gerakan yang dilakukan Nelson, dengan melakukan pembicaraan dengan berbagai kalangan masyarakat itu terus berlanjut hingga musim panas tahun 1969. Pada tahun ini berbarengan dengan semakin meningkatnya arus gelombang protes menolak perang Vietnam yang telah merambah berbagai kalangan dan juga kampus-kampus disetiap pelosok Negara bagian. Namun, dengan ada nya protes besar-besaran terhadap perang Vietnam, Nelson menemukan sebuah taktik dan strategis untuk menjadikan persoalan lingkungan masuk ke dalam agenda politik nasional di negaranya.

Di titk inilah Nelson mulai berpikir untuk membagi informasi kepada para demonstran anti perang Vietnam yang kebanyakan para mahasiswa dan kaum muda soal kerusakan lingkungan yang telah terjadi. Dengan kata lain Nelson mulai merangkul tingkatan grassroots. Seiring berjalannya waktu hasil dari usahanya menunjukkan hasil yang cukup mengaget kan dirinya sendiri, dan ini terlihat pada tahun 22 april 1970 ribuan demonstran turun ke jalan terdiri dari pelajar, mahasiswa dan kelompok-kelompok local menuntut reformasi di bidang lingkungan hidup.

***

Apa yang dilakukan oleh Senator Gaylord nelson perlu mendapatkan acungan jempol, atas usahanya membawa persoalan lingkungan hidup menjadi salah satu agenda politik nasional di AS. Terlebih di era tersebut tidak lah mudah untuk memperjuangkan sesuatu hal yang bukan bagian dari mainstream dari arus politik dalam negeri AS.

Kini, era Nelson telah berlalu. Hari bumi sudah dikenal orang, banyak Negara-negara (mungkin tidak semua) telah menjadikan permasalahan lingkungan hidup menjadi agenda politik nasional masing-masing Negara. Namun, untuk mencegah kerusakan lingkungan hidup tentu tidak segampang membalikkan telapak tangan. Terutama di zaman yang serba cepat dan canggih dimana tingkat konsumerisme kian tinggi. Jangan kan melawan suatu perusahaan-perusahaan besar yang melakukan perusakan lingkungan, membuat semua lapisan masyarakat menjadi lebih perduli pun tidak mudah.

Banyak orang kini lebih tertarik membicarakan gossip selebritis yang sedang booming dari pada sekedar membicarakan semakin panasnya suhu di Jakarta, atau kondisi hutan Indonesia yang perlahan mulai menghilang. Orang lebih suka datang pada pesta diskon yang dibuat di mal-mal ketimbang berdiskusi bahwa semakin menumpuknya sampah hasil dari barang-barang yang kita beli.

Persoalannya kemudian, apakah tindakan yang dilakukan sebagian besar masyarakat kita itu salah? Saya pikir tidak. Karena mereka hanya lah korban dari kepentingan modal yang mengarahkan kita untuk mengkonsumsi barang tanpa melihat nilai guna, fungsi, serta kebutuhan. Dan hal ini tidak hanya terjadi pada barang-barang seperti pakaian, sepatu dan makanan saja, namun juga semua hal.

lihat saja bagaimana sebuah iklan rumah hunian yang dibangun baik di tepi pantai atau tidak selalu menyuguhkan hal-hal yang baik, bagus, indah, harmonis serta berkelas. Hal itu tentu saja menutupi apakah bangunan yang didirikan tersebut memperhatikan AMDAL, dibangun di daerah resapan air kah, dan lainnya. Hal serupa juga terjadi pada iklan mobil yang menunjukkan tampilan berkelas dan elegan hingga memberikan kesan identitas si pemilik tersebut dan melupakan hal kecil namun penting : seberapa besar penggunaan bahan bakar yang nantinya menghasilkan CO2.

Begitu pun dengan tayangan iklan tempat rekreasi yang menampilkan wahana baru, permainan baru yang dapat memberikan kesenangan baru meskipun kita tahu bahwa semua bentuk kesenangan tersebut adalah dunia imajinasi yang tak mungkin dapat kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Jika sudah seperti ini, tidak mungkin orang sempat berpikir, seberpa besar konsumsi listrik yang digunakan untuk menjalankan setiap wahana permainan itu dan berapa banyak CO2 yang menumpuk di atmosfer hingga membuat bumi semakin panas tiap harinya.

Pada titik inilah kiranya tantangan baru terhadap ekosistem lingkungan hidup terbentang luas, dimana tantangan itu tidak lagi berupa perusahaan atau pun institusi Negara yang memapankan penebangan hutan dlsb. Ia telah berevolusi, berada dekat kita dan dapat ditemui sehari-hari. ia adalah symbol-simbol yang dapat mengarahkan manusia untuk mengkonsumsi secara terus menerus. Dan membuat kita terlena serta lupa untuk bertanya kepada diri sendiri apakah semua benda-benda yang kita beli dan pergunakan ramah lingkungan? Bagaimana proses produksinya? Semua itu tertutupi oleh segudang keindahan, eksotika, kecantikan, harmoni dan lain-lain yang serba elok : membuat semua “indah” belaka. Melihat kondisi seperti ini saya jadi teringat bagaimana Jean Baudrillard pada buku-bukunya soal symbol/tanda yang secara garis besar menggambarkan bagaimana lingkungan manusia memang telah berubah, mengalami mutasi dari lingkungan flora dan fauna menjadi lingkungan billboard.

***

Matahari pun merangkak naik, para peserta sepeda santai sudah menyelesaikan perjalanannya. Perayaan hari bumi tahun ini selesai sudah. Wajah-wajah segar menunjukkan kelelahan dengan sorot mata memancarkan perasaan senang, mungkin dalam hati masing-masing berharap semoga semua orang makin peduli terhadap lingkungan hidup. Saya beserta teman-teman yang berada di pos sejak tadi pagi bergegas merapikan halte tersebut seperti sedia kala dan segera pergi meninggalkan Taman Impian Jaya Ancol segenap dengan kesenangan imajinatif nya. Selamat Hari Bumi!

2 komentar:

SaniPutra mengatakan...

tapi yang terpenting adalah bahwa kita tidak hanya memperingati Hari itu saja, karena ku yakin jika bumi bisa bicara dia pasti mengatakan jagalah dan lindungilah saya.

Yohan wibisono mengatakan...

Nice Artikel, inspiring in my angle.
Have a nice day :)

Posting Komentar

Tukeran Link

Senjakala Hati

Award Friendship Diary Osi

Thanks To Diary Osi