Selasa, 27 Januari 2009
Anda dimana? (2)
Selama ini anda ku cari
Selama ini pula hanya tapak yang tersisa dalam guratan ingatan
ya…ingatan yang hadirkan sesak
Selama ini anda ku cari…
Padang rumput, rimba maya tiada jua kau ku temukan
hanya wangi tubuh tercium diantara hembusan angin
Bekasi, 2008
Selengkapnya...Malam
malam biar menjadi malam
gelap dan kelamnya hadirkan sejuta indah
sepi….sunyi…merayap diantara tumpukan lendir…
lendir yang hadirkan muak dan ingin muntah…
malam akan tetap menjadi malam…
hitam…
hai! kemana sang bulan?
bersembunyi dibalik awan
enggan menatap…
hanya menyeringai sinis dan berkata :
kamu pecundang!!!
malam biarlah hitam
dalam alunan nada ku kan berdendang
tentang kerinduan dan kegalauan
mampus! aku terbunuh…
Tanah lapang, 2008
Selengkapnya...Biar
GM
BERDIRI LAH TEMAN DENGAN TEGAK. ANGKAT TANGAN KIRI MU DAN KEPALKAN LAH BIAR PEDIH MELIRIH DAN MERADANG, KITA KAN TETAP MELESAT KENCANG…
TAK PERLU RAGU ATAU TAKUT. ANGKAT DAGU TINGGI-TINGGI, KUATKAN HATI KUATKAN KAKI ESOK HARI ANGIN KAN BERTIUP LEBIH KENCANG. MARI TEMAN, MENDEKATLAH LEBIH DEKAT LAGI BERSAMA KITA LEWATI HARI DENGAN CANDA TAWA YANG TELAH USANG. MARI TEMAN, GENGGAM ERAT JARI JEMARI BERSAMA SINGKIRKAN KERIKIL TAJAM AGAR MULUS JALAN UNTUK MENGGAPAI MIMPI.
HEY!!! USAH KAU LARA SENDIRI KITA INI KELUARGA. MARI BERSAMA KEMBALI MARI TERTAWA HILANGKAN PEDIH, MARI BERLARI MENGEJAR SESUATU YANG DIYAKINI TAK USAH PEDULIKAN KATA MEREKA, BIARKAN! ANGGAP ANGIN LALU KITA INI BERBEDA, KITA INI MUDA PERSETAN DENGAN SEMUA. KARENA KITA ADALAH KITA YANG BERUSAHA MENJADI.
Bekasi, 2008
Selengkapnya...200908 versi C&C
Kepada teman,
Hari ini aku melihat seonggok daging yang mencoba untuk tidak hanya menjadi seonggok daging. Lelahnya melihat dunia memberikan sedikit harapan. Kita ada karena memang seharusnya kita ada. Sudah waktunya untuk kita melakukan penjelajahan jauh ke dalam masing-masing. Sudah saat nya lah satu atau kita semua beranjak meninggalkan gua kenyamanan ini untuk kemudian melihat kenyataan real lengkap dengan paket hyperreal-nya. Teman! kentang goreng, es coklat, segelas heineken dingin, iga goreng, secawan kopi hangat, berbatang filter dan bergelas es teh, serta berbagai menu yang lainnya sungguh tidak berharga sama sekali. Karena hari ini pertunjukkan lucu dari seonggok daging baru saja di mulai. Pertunjukkan yang seharusnya banyak dilakukan oleh seonggok daging yang lainnya. Pertunjukkan perjalanan panjang untuk memulai mengukir sejarah dari keberadaan manusia di dunia.
Teman, sahabat… tak ada yang lebih yang tuhan berikan kepada manusia selain intelegensia. Itu sungguh berharga dan melebihi segalanya, melebihi cinta dua pasang anak manusia yang selalu menganggap bahwa mereka telah menemukan cinta sebenarnya. Ini melebihi dari kerasnya orang tua yang selalu memaksakan kehendak kepada anaknya. Ini mukjizat yang tuhan tiupkan ke dalam. Ini adalah dasar dari konstruksi logika berfikir yang dapat menjaga kita dari kerasnya terpaan arus modernitas, modal, serta jarum-jarum suntik dengan vaksin perusak otak yang di berikan oleh dokter barat yang super gila namun terlihat waras.
Teman, sahabat, malam ini aku melihat sebuah janji dari seonggok daging yang bergejolak namun belum resah.
Teman, Sahabat, mari sejenak lupakan semua tentang sesaknya cinta, tentang kota yang selalu menghisap otak manusia, atau tentang jalanan yang padat penuh berjejal kendaraan. Mari angkat dagu setinggi-tinggi, lemparkan tatapan marah pada mereka yang selalu menganggap rendah. Berikan tinju terhebat lewat tinta dan pena yang kita punya. Biar kan semua terlontar, muntahkan saja segala yang kita rasa tak perduli jika mereka tak perduli, karena kita sekarang bukanlah seonggok daging. Bukan hewan. Menjadi ‘Fi ahsani Taqwim!’. Manusia yang sempurna.
Teman, sahabat biarkan malam tetap menjadi malam yang gelap dan kelam. Biar keindahan malam hanya dapat dirasa jauh di dalam dada. Yang terjadi, terjadi lah. Pejamkan mata, lepaskan sedikit pikiran melayang, rebahkan lah tubuh dengan tenang… biar mimpi membelai lembut hati, jiwa, serta logika hingga akhirnya busuk dunia musnah sementara dalam buaian lembut benda-benda empuk. Selamat malam teman, sahabat. Kuat kan kaki, kuatkan hati, esok hari perjalanan panjang akan dimulai.
Semanggi, 2008
Selengkapnya...Obrolan Malam
Awan hitam mengarak bergulung-gulung tepat disini
Gemuruh angin kencang meniup dari barat ke selatan lalu ke timur
Halilintar sambar-menyambar, tarian indah di atas langit hitam
Lolongan anjing sahut menyahut pertanda akhir dari semua
Angin semakin kencang, bergejolak ombak di tengah lautan
Lolongan anjing pekikkan telinga
Hey… badai segera datang bersiap untuk bertahan
Kuat kan kaki kuat kan hati, hadapi dengan tenang…
Ini bukan kali pertama, meski berbeda ini tetap bukan yang pertama
Huuh… telat kah pelaut itu kembali?
Hingga harus menelan pil pahit dari kulit binatang liar?
Huuh… terlambat kah pelaut itu sandarkan perahu nya?
Huuh… memang sulit tuk dimengerti…
Baiklah ini kali terakhir… sungguh ini kali terakhir…
Biar meradang semakin menganga luka tubuh…
Biar, menjadi santapan serangga-serangga malam dan akhirnya membusuk
Jika apa yang ku punya dan ku jaga terpaksa di musnahkan, lalu apa yang sepantasnya dimiliki kemudian aku ini apa?
Selengkapnya...Luruh
Mari lanjutkan kembali
Meski pedih dan lirih, melangkahlah
Biar mereka pergi jauh dari sini
Mari tapaki jejak-jejak sejarah agar terhindar sesat
Tangis hanya jalan terakhir atas jenuh kecewa
Tawa awal sebuah derita
Sesal muncul diantara keduanya, terlambatkah?
…
…
…
Ini melebihi segala rasa
Hitam, hijau, putih, merah, biru, merah jambu…
Melampaui hal itu, sungguh!
Seadanya, ya secara sederhana jauh dari bahagia
Semesta raya patut tertawa
Saat keakuan mengeluh resah
Burung pun terbang jauh dari sarang
Mesranya menggoda angkasa, membawa iri dalam dada
Maaf… Hanya berikan luka dan dosa
Maaf… Pergi mungkin tak kembali
Maaf… Hanya kecewa yang datang kali pertama
Maaf… Bila tak mencoba
Maaf… Mari nikmati saja
Bekasi, 2008
Selengkapnya...30rb
Langit cerah sirna seketika Harap bahagia berganti duka Di tanah lapang jauh disana Terbujur kaku tubuh-tubuh layu Resah menghimpit sesakkan dada Panas hati. Saat sedekah hilangkan nyawa Hey bung!!! sadarkah kau akan semua Hey para pengerat !!! coba lihat, pantaskah dengan yang mereka terima Hey !!! kau ini bodoh atau memang berpura-pura Kesenjangan di depan mata kalian palingkan wajah Tangis kalian adalah kebahagiaan kami Tawa kalian tangis tanah nusantara Pantaskah kalian tetap berdiri? Diantara duka dan sengsara Belum cukup kah luka menganga ditengah riuh riang kota? Cih…!!! tak bertindak hanya berkata, retorika jaman purba Hey!!! para penghisap darah Malam ini pedang akan terhunus Peperangan segera dimulai Berharap kalian mati tertusuk ribuan dosa dari mereka yang sirna Selengkapnya...
Krisis Energi: Benarkah Indonesia mengalaminya?
Indonesia merupakan Negara yang kaya akan sumber daya energi. Minyak bumi, gas alam, serta batu bara terpendam jauh dibawah tanah nusantara ini. Selain itu Indonesia juga adalah salah satu negara pengekspor batu bara terbesar di dunia. Hal itu berdasarkan hasil riset tahun 2007 dari lembaga riset agrikultur dan sumber daya ekonomi, ABARE, Australia. Laporan tersebut mengatakan bahwa pada periode tahun 2005-2006 perihal perdagangan batu bara dunia menempatkan Indonesia pada posisi sebagai pemasok batu bara terbesar yakni sekitar 25%. Sedangkan menurut pengamat ekonomi, Sony Sugema mengatakan bahwa produksi minyak bumi Indonesia mencapai 927 barel per hari dan produksi gas alam mencapai 700 barel per hari. Dengan angka dari jumlah produksi kedua sumber energi tersebut total produksi nya adalah 4,2 juta barel per hari dengan tingkat konsumsi masyrakat sebesar 1,2 juta barel per hari. Sungguh layak nya sebuah negeri yang makmur dimana tingkat kesejahteraan masyarakatnya sangat tinggi dan jauh dari kesan miskin.
Namun, semua kekayaan yang dimiliki oleh bangsa ini tidak semuanya dapat memenuhi kebutuhan masyarakatnya, terlebih dalam masalah penyediaan energi (listrik dan gas). Belum sempat hilang dari ingatan, ketika pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM), lalu adanya konversi minyak tanah menjadi gas yang kemudian disusul dengan ditariknya subsidi gas ukuran 12 Kg, hingga menyebabkan seluruh masyarakat miskin di Indonesia menanggung beban penderitaan akibat langka dan mahalnya minyak tanah. Kini, masyarakat pun harus menanggung masalah krisis energi yang ditandai dengan himbauan pemerintah kepada masyarakat dan industri untuk melakukan penghematan energi. Pemadaman bergilir di sejumlah daerah pun tidak dapat dihindari. Sungguh aneh krisis energi yang terjadi di Indonesia. Dengan sumber daya alam yang begitu banyak seharusnya masalah energi dapat diminimalisir dan kelangkaan listrik pun dapat di atasi. Solusi yang dikeluarkan melalui keputusan bersama tentang pembatasan jam kerja bagi industri – senin-jumat merupakan tingkat penggunaan listrik optimal, dirubah menjadi hari sabtu dan minggu – diberlakukan. Keputusan yang dilakukan oleh lima menteri mengenai penghematan energi tidak menunjukkan hasil yang cukup signifikan dan malah menimbulkan permasalahan baru di bidang tenaga kerja. Pemadaman listrik secara bergilir dan tidak terjadwal secara langsung dapat mengurangi tingkat produksi suatu industri terutama industri tekstil, hal ini tentu saja menimbulkan pengurangan sejumlah karyawan akibat kurangnya tingkat produksi, seperti yang terjadi terhadap ratusan pekerja pabrik tekstil di pekalongan terancam pemutusan hubungan kerja (PHK), bahkan para investor dari jepang yang telah berinvestasi leih dari 40 miliar Dollar AS mengancam akan meninggalkan Indonesia jika permasalahan pemadaman listrik tidak kunjung selesai, tak ayal tingkat perekonomian pun akan mengalami penurunan.
Berangkat dari dua contoh kecil diatas, akibat terjadinya pemadaman bergilir, kita dapat melihat bahwa krisis yang terjadi sekarang ini sangat-lah janggal dan tidak masuk akal. Sebagai negara pengekspor batu bara terbesar di dunia, seharusnya negeri ini dapat mencukupi kebutuhan energi bagi masyarakatnya. Salah satu sebab terjadinya krisi energi di negeri ini adalah adanya beberapa individu atau kelompok yang mementingkan saku celananya sendiri dan hal ini tidak tersentuh oleh pemerintah, bahkan pemerintah sendiri cenderung memapankan keberadaan mereka dengan dalih kepentingan pertumbuhan ekonomi nasional. Undang-undang (UU) No. 22/2001 mengenai minyak dan gas bumi hanya berpihak kepada para pemilik modal, tidak pada rakyat. Dalam undang-undang tersebut mengatakan bahwa : (1) Pemerintah membuka peluang pengelolaan Migas karena BUMN Migas Nasional diprivatisasi; (2) Pemerintah memberikan kewenangan kepada perusahaan asing maupun domestik untuk melakukan eksplorasi dan eksploitasi minyak; (3) Perusahaan asing dan domestik dibiarkan menetapkan harga sendiri. Aneh, mungkin sepintas kata itu yang terucap kala melihat isi UU tersebut. Sangat tersirat makna bahwa Indonesia tidak dapat melakukan proses produksi sumber daya alam nya sendiri, dengan memberikan hak untuk melakukan ekplorasi dan eksploitasi, melenggangkan jalan bagi para pemilik modal untuk menguras habis dan menarik keuntungan yang sebesar-besarnya dari tanah yang sekarang kita injak ini, tentunya dengan memberikan sedikit hasil keuntungan tersebut kepada Indonesia. Selain itu hak untuk dapat menetapkan harga sendiri menyebabkan mereka (baca:pemilik modal) tentunya akan melihat potensi penjualan dipasaran dunia yang tentunya lebih menghasilkan ketimbang harus menjual dipasar dalam negeri., dan ketika semua sumber daya mineral tersebut dijual pada pasar internasional maka kebutuhan pasar dalam negeri pun akan mengalami kekurangan stok. Sedangkan UU mengenai batu bara hanya berupa keputusan menteri, perpres , dan inpres hal ini tentu saja belum cukup kuat untuk melindungi sumber daya batu bara kita dari tangan-tangan para pemilik modal. Ironisnya, disaat negeri ini membutuhkan stok batu bara, pemerintah justeru menyerahkan harga batu bara kepada pasar yang nota bene nilai jual batu bara di pasaran dunia cukup mahal ketimbang nilai jual dalam negeri. Data Merill Lynch (Indonesian Coal & Power Journal) menyebutkan bahwa pada tahun 2007 total produksi batu bara di Indonesia mencapai 198 juta ton dan yang diekspor mencapai 160 juta ton, atau 25 persen dari total ekspor dunia. Berarti hanya sekitar 20 persen produksi batu bara yang dijual untuk kebutuhan dalam negeri.
Jadi, benarkah krisis energi yang sekarang melanda Indonesia benar-benar terjadi akibat tipisnya sumber daya alam, atau hanya isapan jempol belaka untuk menutupi tingkah laku negara yang berpihak kepada pemilik modal yang mungkin telah berselingkuh mesra dengan para penggerak pemerintahan negeri ini? Sungguh malang nasib masyarakat di negeri yang katanya gemah ripah loh jinawi ini. Kembali rakyat hanya dicintai ketika pemilu dan pilkada tiba. Selanjutnya, rakyat jua-lah yang harus tertimpa kesengsaraan atas perbuatan yang tidak mereka lakukan. Dimanakah negara saat rakyat membutuhkan perlindungan dari segala bentuk kesewenangan? Mungkinkah peran negara semakin terkikis oleh kuatnya arus kapitalisme dunia? atau mungkin kapitalisme adalah negara? atau mungkinkah sudah selayaknya konsep negara (Indonesia) harus ditinjau kembali? Mungkinkah…?
Bekasi, 2008
Selengkapnya...MATA MU MENUSUK MATA KU
Mata mu menusuk mata ku
Dalam kalbu ada getar baru
Siapa ini dalam hati, dirinya atau kamu?
Si pembawa rindu saat siang mulai berlabuh
Dua yang ada belum dapat di jamah
Rasa ini sungguh terasa sama
Mungkinkah diantara 1 dan 2 di situ 3 berada?
Atau diantara hitam dan putih, abu-abu berada?
Asap merah jambu berarak disini, tepat dibagian ini
Coba yakinkan diantara 1 dan 2, disitu 3 berada
Dan diantara hitam serta putih, abu-abu selalu mengintai
Muncul pertanyaan : “Diantara S dan S mungkinkah ada S yang lain?”
Mata mu menusuk mata ku
Dibalik kaca mungil tersirat arti
Penuh tanya, hanya asumsi
Kembang hati enggan bersemi
Apa ini?
Adakah semua berarti?
siapa ini?
Bersemayam tak juga pergi…
2008
Selengkapnya...Tarian Malam Trotoar
Dengarkan…dengar alunan irama suram
Tanpa denting piano, tanpa melodi merdu
Hanya sayup sepintas menderu, detak jantung kepasrahan
Diam…! Biarkan menyelusup ke hati, rasakan…
Kian lama perlahan kesunyian menghilang
Satu demi satu instrument kepedihan berdendang
Menutupnya sang waktu dari kehidupan yang terus berjalan
Hantarkan tetesan air dari tatap sayu ribuan mata penuh harapan
Tanah ini siapa yang punya?
Limpahan air milik siapa?
Gemah ripah loh jinawi, benarkah?
Ijo royo-royo hanya retorika si tuan bertahta?
Merah, kuning, hijau, biru, putih, hitam, ungu, cokelat
Hanya celoteh, menarik simpati
Kita disayang saat pesta dimulai
Kita dicinta saat tertentu saja
Dengar…dengarkan, alunan irama suram semakin kencang
Tanpa hentakan genderang, tanpa tangga nada
Sssstttt…coba lihat tarian malam trotoar
Hening, sunyi, senyap,…sepi…tanpa gerakan
2008
Selengkapnya...Anda dimana?
Selama ini anda dimana? Hilang meninggalkan jejak pada lumpur rimba logika… Pada mereka ku bertanya tujuan anda… Hanya gelengan kepala jawaban sementara..
Ku jejaki satu demi satu padang rumput luas tanpa batas… Melangkahi semua keraguan arungi kegilaan…
Selama ini anda dimana? Ku jelajahi belantara maya hanya untuk bertemu dengan anda… Tiap ruang ku masuki namun, tetap anda tak ada… Padang elektronika, dinding-dinding kaca, bawa tawa satir kepedihan
Hei…jika anda teringat pada hamba…coba beri tanda Meski hanya dalam mimpi yang membawa igauan. Itu berguna Hei…terlambat kah hamba meberitahu semuanya? Hingga derita harus diterima?
Cikini, 2008
Selengkapnya...Sunyi sepi…
Nilai itu Hilang
Ada yang bilang bahwa kaum muda adalah tonggak keberlangsungan nasib suatu bangsa. Oleh karena itu sudah sepantasnya ia harus dipelihara dan dirawat secara baik. Namun, jika semua tak ada yang dapat melakukan hal tersebut maka kaum muda-lah yang sudah seharusnya memiliki inisiatif untuk selalu dalam posisi yang tepat… *** whooooaaa…ada apa dengan kondisi sekarang ini? semua orang pergi ke sekolah hanya untuk satu tujuan yang benar-benar menyebalkan. Pekerjaan. Dimana nilai luhur sebuah pendidikan yang didalamnya terdapat ilmu pengetahuan? Inikah wajah asli dari bentuk peradaban modern? yang hanya menghasilkan manusia-manusia egois. huuuh…meski untuk mendapatkan uang kita harus bekerja, akan tetapi tidak sepantasnya kita memandang bahwa pendidikan yang sedang atau yang akan dilanjutkan sebagai cara jitu untuk memperoleh pekerjaan yang layak, sehingga menafikan ilmu pengetahuan dan tanggung jawab dari seseorang yang pernah mendapatkan bangku pendidikan. Saat ini tanpa pernah disadari, dunia pendidikan kita sedikit demi sedikit telah jauh dari bentuk aslinya. Pada awalnya pendidikan yang diharapkan dapat memajukan negeri ini dan menghasilkan manusia-manusia seutuhnya yang kritis, cerdas, berani dan memiliki nurani, kini hal tersebut tak dapat dilihat kembali. Semua terkikis perlahan namun pasti dengan derasnya arus kapitalisasi yang menyelubungi tiap jengkal kehidupan. Modal, sudah menjadi bangunan dasar pemikirian dari para pemilik institusi pendidikan yang kemudian disusupkan ke tiap kepala para pencari ilmu.
Hal nyata yang sering kita temukan adalah banyak nya muncul pertanyaan ketika kita baru saja menyelesaikan kuliah atau sekolah, “Gimana, dah kerja belom lu?” atau ” Bapak, menyekolahkan kamu tinggi-tinggi agar kamu dapat pekerjaan dengan mudah!”. Kedua pertanyaan tersebut menyiratkan bahwa perubahan pola pikir masyarakat kita mengenai pendidikan hanya-lah sebatas untuk mendapatkan pekerjaan. Dan itu sah-sah saja, akan tetapi seperti yang telah disebutkan diatas bahwa sedikit demi sedikit nilai luhur dan suci dari pendidikan telah hilang sama sekali. Dan seolah-olah setelah kita menamatkan jenjang pendidikan tak ada hal lain yang dapat kita lakukan selain bekerja dan menghasilkan banyak uang. Lalu pertanyaannya, dimana fungsi dan tanggung jawab seorang terpelajar terhadap masyarakat dan bangsa ini? Bukankah seorang terpelajar memiliki fungsi yang sangat terpuji?…
Cih…ini bukan berarti adanya kekesalan karena merasa kurang beruntung, tapi cobalah sejenak kita pikirkan, sebenarnya tujuan dasar kita untuk melanjutkan/mendapatkan pendidikan itu apa? tentu jawabannya bermacam-macam namun, jika jawaban yang terlontar hanya untuk “kerja” maka sia-sialah waktu yang dipergunakan. Jika kemudian dijawab, tidak akan sia-sia waktunya karena memperoleh ilmu yang tidak bisa didapatkan tanpa kuliah, maka percuma-lah kau buang uang mu selama beberapa tahun. Karena, kita akan selalu seperti kita sejak umur nol kecil hingga sekarang. Tidak memiliki arti tersendiri. Mulai-lah dari sekarang sebelum terlambat, mari masing-masing dari diri kita bertanya. “Apa tujuan hidup kita ini?”, “Untuk apa kita melakukan ini?”, “Apa yang sudah kita perbuat sejak kecil hingga sekarang?”, “Adakah kegelisahan dalam hati yang akan terus terjaga?”….
“Satu-satunya hal yang dpat dibanggakan oleh kaum muda di era sekarang ini hanya dengan menjaga semua mimpi.”
Bekasi, 2008
Selengkapnya...Melihat Dari Sisi Lain
“Cinta…?, Tahik kucing!”. Ucap seorang teman, yang tampaknya sangat alergi dengan hal abstrak itu. Mungkin teman ku salah satu dari sekian banyak orang yang enggan berdekatan dengan si setan merah jambu (baca: cinta). Entah apa sebabnya, seseorang ingin menghindari hal itu, hingga harus membenci. Parahnya ada yang sampai takut mengalami jatuh cinta.
Lalu apa cinta itu? Suatu perasaan suka manusia terhadap benda-benda? Atau penyatuan sang pencipta dengan ciptaannya? Atau mungkin, cinta adalah akumulasi perasaan yang muncul tanpa sebab? Banyak dari kita masih mengira-ngira arti cinta, bahkan para penyair dan pakar mencoba memberikan definisinya mengenai cinta, namun belum ada jawaban yang memuaskan.
Kemudian pantas kah kita membenci cinta? Tentu jawabannya adalah tidak. Karena cinta adalah hal murni yang memiliki dimensinya tersendiri dalam jiwa manusia. Ia tidak dapat dipisahkan dan terpendam jauh dalam lubuk hati. Ia akan selalu hidup dan muncul ke permukaan jika sesuatu ada yang menyulutnya. Cinta-lah yang membuat kita dapat merasakan sakit, senang, benar, salah, bimbang, sayang, peduli terhadap orang lain dan berjuta perasaan lainnya yang dapat menjadikan kita sebagai manusia seutuhnya. Apa artinya kehidupan ini bila kita menganggap cinta hanya membawa segudang permasalahan hingga harus membencinya. Semua pasti akan terasa datar dan tanpa arti. Sejuta keajaiban yang terjadi dan sudah seharusnya dapat kita rasakan akan terlewati begitu saja. Sia-sialah semuanya tanpa adanya si setan merah jambu. Persoalan seseorang yang benci akan cinta hanya-lah persoalan emosi yang terakumulasi akibat perbuatan kurang menyenangkan dari orang lain, lingkungan atau faktor lainnya terhadap diri kita. Nah, dari hal itulah memunculkan rasa marah dan lupa untuk menoleh kembali ke belakang atas semua permasalahan. Hematnya, dengan begitu muncul keinginan untuk menjaga jarak dari si setan merah jambu.
“Teman”, perasaan suka (cinta) timbul tanpa pernah diminta, ia datang dengan sendirinya, memberikan sedikit perbedaan dalam hidup. Betapa pun kita berusaha untuk tetap menjaga jarak dengan cinta, itu tidak akan berguna sama sekali. Karena ia terletak tepat di dalam jiwa manusia.
Kebencian kita terhadap cinta setidaknya perlu dikritisi secara seksama. Apakah kita benar-benar benci terhadap si-cinta-nya atau benci terhadap seseorang yang mengaku cinta terhadap kita? Banyak orang terjebak dengan hal itu. Semisal kita menjalin hubungan dengan lawan jenis, kemudian orang yang kita sayangi itu mengecewakan kita dengan tindakannya dan mau tidak mau hubungan tersebut kandas. Atau bila masalah yang datang bukan dari orang yang kita sayangi. Keluarga misalnya, yang tidak suka dengan hubungan kita dan terpaksa akhirnya harus mengakhiri hubungan itu. Lalu dimana letak kesalahan si-cinta. Apakah mungkin ia menjadi sebab semua hal tersebut?, hingga harus menyalahkan sekaligus membencinya. Satu hal yang terpikirkan kenapa banyak orang harus membenci cinta dan itu tidak pernah kita sadari sedikit pun. Kebencian, keengganan, atau apapun bahasanya terhadap cinta muncul karena kepicikan pikiran kita sendiri yang tak ingin menoleh ke belakang, melihat semua fakta yang terjadi dalam setiap kejadian hubungan percintaan. Adanya marah terhadap si-cinta entah itu kita dikhianati, tidak disetujui orang tua, teman, atau yang lainnya, merupakan bentuk dari adanya intervensi perasan terhadap pikiran. Kemudian secara perlahan pengaruh tersebut mengendap bercampur dan pada akhirnya menyulut emosi. Sehingga kita sedikit susah atau mungkin tidak dapat membedakan antara logika murni dengan logika yang dikuasai oleh perasaan untuk benar-benar memahami persoalan.
Teman, maaf bukan bermaksud menggurui atas semua permasalahan yang ada. Tulisan ini hanya sebagai alat untuk kita bersama-sama bercermin, menoleh kembali apa yang telah kita perbuat di masa lampau agar setidak nya kita dapat mengurangi bahkan menjauhkan kita dari piciknya pikiran sendiri. Mencoba memandang semua hal tidak dari satu sudut yang hanya mengedepankan subyektivitas pribadi. Mari…, duduk bersama dengan segelas kopi hangat atau pun hanya segelas air mineral, kita bicara mencurahkan semua material abstrak yang ada di kepala. Berusaha mencari sedikit titik terang yang nantinya tetap akan kita pertanyakan di akhir cerita masing-masing, terlepas dari salah dan benar, baik dan buruk, serta penuh akan tanda tanya. Kita ini hanya manusia biasa yang tak akan pernah memberikan batas atas keterbatasan kita…
Jakarta, 2008
Selengkapnya...…Kawan…
Kawan… “Kadang kesendirian itu membuat keramaian menjadi sepi” mungkin saat ini, kalimat itu yang dapat kuberikan untuk mu…
Kawan… “Kadang hati selalu berpindah tempat. ia dinamis” mungkin kalimat ini pun hanya gambaran apa yang sedang kurasakan…
Kawan… “Antara hitam dan putih, memang harus memilih. Namun tak mudah” mungkin satu kalimat diatas dapat kau mengerti…
Kawan… “Setan Merah Jambu…rasuki dalam tiap jengkal nafas…” hahaha…kawan ku ingin sejenak hilang kesadaran…sampai waktu yang tepat meski lama…haaaah… lelah rasanya.
Jakarta, 2008
Selengkapnya...Hanya ingin berucap
Aku hanya ingin berucap bahwa bintang tak selamanya bersinar… siang dan malam pun akan selalu berganti… barat dan timur selalu akan seperti itu…
Teman… jauh dari sini terus berharap bulan dan matahari dapat bertemu menebus semua kekalutan yang tak mungkin terlontar…
Riak dada semakin tinggi membentur satu demi satu runtuh bertahan atau mungkin maju… pun, mundur semua hasil adalah sama..
pengecut? bukan, kawan… gentleman, persetan!!!
Cikarang, 2008
Selengkapnya...Mari Bersama kembali Bu
Hey…hari ini tanpa pernah diduga aku bersama mu bu! Habiskan waktu hingga malam menjelang oh…sungguh senang. Bu…banyak yang ingin kukatakan pada mu. Namun, tiap kali bertemu sapa tak satu pun kalimat terangkai dengan sempurna. Hanya senyum yang ada dan dialog membosankan di tiap waktunya. Hey, bu!!! mungkinkah ku ajak mu nikmati secangkir kopi hangat atau mungkin teh manis di pinggir jalan? Hey bu!!! sore ini rupanya makin indah…entah sadar atau tidak. Hari ini tanpa pernah diduga kita bertemu sapa…namun kali ini ku berniat berbincang. Tapi, tetap lidah ini rusak seketika. Bu, aku takut…takut untuk melihat mu…takut untuk mengatakannya…takut akan segalanya… Ibu…maafkan dalam ketiak ku bersembunyi, bukan akibat ku tak punya nyali…tapi hati ini telah pergi atau lebih tepatnya “dicuri”. Hey…Bu!!! kapan waktu mari bersama kembali. habiskan sore dengan teh atau kopi. Baiklah bu…ku tarik nafas ini dengan tenang agar tampak lega semua…dan bertanya : “Ibu…, pernah terpikir aku?”
Hapus memori
Malam ini berniat membunuh memori Meski perih terasa, harus berhenti Disini kembali bayang-nya hadirkan sesak Ingin rasanya menghapusnya dari kepala
Sedikit demi sedikit Perlahan namun pasti Coba berharap hilang ingatan
Tubuh ini mulai lelah Menanti Hujan turun saat kemarau Kering sudah rasanya, menatap bulan Rindukan Bintang…
Lelah sudah, mari hentikan semua Teguk lagi tanpa tersisa Tak perlu perduli biar semua terpendam mati Biar bintang bergoyang dalam alunan irama genderang
hari ini berjanji entah esok hari mungkin pasti atau sama sekali tak bisa
Ya, malam ini akan ku bunuh semua…
Bekasi, 2008
Selengkapnya...“X”
Entah mengapa sungguh susah melupakan semua rasa meski bergelas sudah dihabiskan tetap kau tak beranjak pergi APA YANG HARUS DIPERBUAT? adakah jawaban?
Haruskah pergi…berpaling dari semua? menghindar dari kenyataan, ynag cukup membuat muak muntahkan isi yang menghimpit dada… oh…andai dia tahu!
Tak mungkin malam dan siang bersatu dalam satu alunan melodi orkestra malam oh…maaf telah menyusahkan membuat kenyamanan ini berganti
Berlari menghindar, percuma pun, ia terus menghantui oh…ingin rasanya hancurkan ini ingin rasanya merobek wajah asli agar semua tahu, bahwa rasa telah goyahkan tubuh
Disini kembali… sambut sang setan… merah muda selimuti hari ke hari persetan dengan semua harus membunuh hari esok yang tak selalu pasti
terlintas ingin rasanya berlari menembus imaji, hindari bulan dan mentari…
seorang kawan bersaran… “Ungkapkan saja…!!!” jawabku, “Haruskah?”
Jakarta, 2008
Selengkapnya...SUNGGUH
Sungguh, kau telah membungkam ku Sungguh, kau lemaskan tubuh Sungguh. sungguh kau bukan keniscayaan dan bukan untuk diharapkan. biar semua hilang, peduli setan anggapan orang. Sekali kau rasa, musnah semua
hanya berdoa semoga kau terkena…
Jakarta, Agustus 2008
Selengkapnya...